Masalah gigi ompong bukan
hanya merusak penampilan seseorang, melainkan juga bisa menjadi pemicu
gangguan penyakit, terutama pencernaan.
Menurut spesialis
prosthodonsia dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Prof Dr
drg Suzan Elias, seseorang dengan gigi ompong umumnya mempunyai masalah
dengan lambung.
"Ibaratnya kalau kacang harus ditumbuk 10 kali,
ini cuma sekali sudah ditelan. Jadi lambung tidak kuat. Oleh karena itu,
pada orang yang giginya tidak benar, umumnya lambungnya juga tidak
benar," katanya, saat acara Polident Adhesiv Cream Media Launch, Rabu
(9/11/2011).
Suzan mengatakan, setiap individu yang kehilangan
gigi (ompong) perlu suatu alat bantu untuk mengunyah makanan salah
satunya dengan memasang gigi tiruan. Pasalnya, tanpa adanya suatu
susunan gigi yang utuh, seseorang akan mengalami masalah saat proses
mengunyah makanan. Akibatnya, apabila dibiarkan terus-menerus, akan
berdampak buruk pada organ lambung.
"Tapi itu tidak terjadi
seketika. Artinya, dalam jangka panjang, bukan jangka pendek. Oleh
karena itu, setiap kehilangan gigi, sebaiknya dibuatkan penggantinya.
Karena dengan ada penggantinya, pengunyahan akan lebih efektif,"
paparnya.
Menurut Suzan, ada dua jenis gigi tiruan yang dapat
digunakan sebagai pengganti gigi yang ompong, yaitu gigi tiruan lepasan
dan cekat. Kedua jenis gigi tiruan tersebut punya indikasi yang
berbeda-beda. Pada gigi tiruan cekat, misalnya, indikasinya lebih
terbatas karena harus mempunyai gigi pendamping di sebelahnya.
"Jenis
ini bersifat permanen. Setelah kedua gigi sebelahnya diasah,
selanjutnya gigi tiruan tersebut disemen dengan membuat jembatan ke gigi
sebelahnya," katanya.
Sementara untuk pemasangan gigi tiruan
lepas, tidak ada indikasi khusus dan pengerjaannya jauh lebih mudah,
gampang dipasang, dan murah. Bahkan, menurut Suzan, gigi tiruan lepasan
dapat digunakan oleh segala kelompok usia. Berbeda dengan gigi tiruan
cekat, yang mempunyai batas usia minimal 17 tahun.
"Kalau yang lepasan siapa pun bisa karena tidak diasah giginya. Kita bilang ini crown extra-coronal (di luar) jadi tidak mengganggu," tambahnya.
Suzan
menjelaskan, pada dasarnya ada 4 (empat) alasan penting yang mendasari
mengapa orang dengan gigi ompong perlu untuk menggunakan gigi tiruan.
Pertama, memperbaiki estetika. Kedua, memperbaiki pengunyahan. Ketiga,
memperbaiki cara bicara dan keempat menjaga kelestarian jaringan
sekitarnya.
"Jadi, kalau ada gigi yang ompong jangan dibiarkan.
Harus diganti. Jika tidak, gigi yang lawannya akan turun akibat tidak
mempunyai kontak. Begitu pula dengan gigi sebelahnya yang akan
menyamping karena tidak ada kontak dengan gigi sebelahnya," terangnya.
Suzan
mengakui, sampai saat ini belum ada data pasti berapa jumlah pemakai
gigi tiruan di Indonesia. Menurut dia, gigi tiruan bukanlah barang yang
murah sehingga penggunaan gigi tiruan masih tergantung dari sejauh mana
kemampuan masyarakat.
Mengingat pentingnya kebutuhan masyakarat
akan gigi tiruan, Suzan berharap ke depan pemerintah membuat suatu
program khusus untuk mereka yang membutuhkan gigi tiruan agar dapat
memperoleh pengobatan di puskesmas. Dengan begitu, masyarakat tidak
terlalu dibebani dan bisa menjangkaunya.
"Mungkin dengan
menggunakan bahan seperti akrilik (yang tidak terlalu mahal). Jadi
orang-orang yang memang perlu gigi tiruan bisa dengan mudah bikin di
puskesmas. Tapi, sampai sekarang belum ada jawaban dari pemerintah,"
tandasnya.
Sumber : KOMPAS.COM